Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen dalam Peningkatan Kualitas dengan Metode Six Sigma untuk Type Hyundai Atoz (MX)

(Studi pada PT. Hyundai Indonesia Motor)

Skripsi / Tugas Akhir Sistem Informasi Industri
Penulis: Kushandayati
Program Ganda Sistem Informasi dan Teknik Industri Universitas Bina Nusantara

Ringkasan

Pada masa sekarang ini, dunia industri di Indonesia semakin mengalami peningkatan khususnya pada bidang otomotif seiring dengan semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi. Persaingan di antara pemain industri menjadi semakin ketat yang saling berusaha untuk dapat mempertahankan eksistensinya di bidang otomotif. Ancaman dari pendatang baru yang muncul dengan inovasi – inovasi baru akan dapat mengancam pemain lama. Dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan dituntut bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas tetapi dapat memberikan produk dengan kualitas yang baik dan harga yang kompetitif kepada para konsumen. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menekan biaya produksi seminimal mungkin dengan mengurangi defect untuk menjaga kualitas produk perusahaan.

PT .Hyundai Indonesia Motor (HIM) adalah perusahaan yang bergerak pada bidang otomotif khususnya dalam perakitan mobil dengan merk Hyundai. Dalam upaya mempertahankan kualitas produk, PT .HIM berusaha untuk meminimasi jumlah kecacatan dalam setiap unit inspeksinya. Untuk itu diperlukan sebuah metode pengendalian dan peningkatan kualitas untuk mengidentifikasi cacat ke penyebab akar utamanya. Metode yang tepat untuk diterapkan adalah metode Six Sigma dengan menggunakan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, Control).

Dalam tahap Define, proses paint shop dengan tipe unit mobil MX merupakan proyek six sigma yang diteliti. Pada tahap measure dilakukan penentuan Critical To Quality (CT Q) sebanyak 30 CTQ kemudian dilakukan pengukuran dengan membuat peta kendali U dan Xbar-R yang didapatkan hasil sigma sebesar 3,5. Pada tahap Analyze, dibuat diagram sebab akibat (fishbone) untuk mengetahui faktor – faktor penyebab cacat untuk lima jenis cacat t ertinggi pada diagram pareto yaitu cacat bintik/dirt, meleleh, tipis, crater, dan popping kemudian AHP digunakan sebagai pengambilan keputusan untuk menentukan faktor cacat utama pada setiap jenis cacat. Pada tahap improvement, dilakukan analisa perbaikan dengan menggunakan FMEA, melalui hasil RPN didapatkan modus kegagalan potensial yang paling utama sebagai penyebab terjadinya kecacatan yang harus segera ditangani. Control dilakukan penerapan usulan tindakan perbaikan dan perhitungan simulasi konsep six sigma yang sudah dilakukan.

Dengan adanya perancangan sistem informasi manajemen Six Sigma ini, maka perusahaan diharapkan mendapatkan solusi – solusi terbaik dan akurat untuk diimplementasikan dan perusahaan dapat terbantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih cepat untuk menangani adanya kecacatan yang timbul pada produk sehingga dapat menghasilkan produk dengan zero defect dan meningkatkan kualitas produk pada perusahaan.